20’s Call of My Student Life : Be Brave, Be Prepare!

November 15, 2017

“Pendidikan hanya sebagian yang diperlukan hidup. Hal lainnya adalah integritas, kejujuran, disiplin dan kesungguhan”
(Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia)


    Huiih, malem-malem nulis beginian sambil berharap saya bisa ketemu sama Ibu Susi suatu hari nanti (ini ngarep beneran hihihi). Assalamualaikum teman-teman.. dua minggu saya harus menunda untuk posting blog edisi bulan ini. Berhubung sejak akhir Oktober, Alhamdulillah saya sedang menyelesaikan beberapa pekerjaan (tertunda) dan sudah mulai beres satu persatu di pertengahan bulan ini, maka sehabis itu saya harus segera menuntaskan janji. Janji posting hihi.
    Sebenarnya mulai dari saya padat-padatnya kegiatan, saya sudah kepikiran mau ceritakan segala keseruannya. Tapi apa daya, pulang sampai di rumah pun saya harus membuka laptop untuk melanjutkan pekerjaan dan semangat saya menulis agak sedikit terkuras karena rasa lelah (halah, lemah banget yak wkwk). Meskipun begitu, Alhamdulillah saya selalu bersyukur. Bersyukur masih diberikan kepercayaan untuk menyibukkan diri dengan hal-hal bermanfaat, bersyukur masih diberikan amanah oleh orang-orang yang MasyaAllah berperan sekali membantu saya mengukir sejarah-sejarah baru dalam hidup saya.
    Kadang kalau tengah bercermin, saya suka senyum-senyum sendiri memperhatikan banyak perubahan yang Allah titipkan kepada saya. Dari segi berpakaian, jilbab, pilihan warna, cara pandang, dan karakter saya yang entah kenapa semakin hari semakin memaknai rasa bahagia dengan sederhana *ciaaa hahaha. Tapi emang bener sih, makin kemari saya banyak disadarkan, makin tahulah prioritas sesungguhnya itu apa, dan tentunya makin diingatkan bagaimana menjadi manusia.
    Yoo.. ini akan ada kaitannya dengan perjalanan studi saya. Hehe, kebetulan saya sekarang sudah semester 7 jenjang pendidikan Strata 1, semester dimana mata kuliah sudah tidak ada lagi dan fokus mengerjakan skripsweet (seram-seram jambu ya kalau nulis ini hihi). Apa yang kemudian membuat saya kepikiran menuliskan judul ini ?
    Jadi, selama 11 bulan terakhir ini saya memang menyandang predikat ‘remaja usia 20 tahun’. Sejak ulang tahun saya di Januari lalu, saya sudah memikirkan bahwa usia ini enggak main-main, bukan lagi waktunya buat canda-canda recehan, dan bukan masanya lagi kebiasaan baper (bawa perasaan) dibawa kemana-mana. Dan beneran, semuanya terjadi di usia 20 tahun ini, di tahun ketiga perjalanan studi Strata 1 saya.
    Di tengah keterbatasan saya sebagai seorang hamba, maka perjalanan sederhana ini tidak lepas dari nikmat Allah yang tiada henti. Sementara saya tengah berjibaku untuk memantapkan apa-apa yang sudah saya niatkan, maka Allah enggak segan-segan membantu saya, merangkul saya dan skenario-Nya mengantarkan saya (Insya Allah) jadi lebih baik. Poin-poin di bawah ini pun saya share dalam rangka menuliskan sejarah untuk diri saya sendiri. Tidak ada maksud lain, hanya sekadar berbagi cerita dan pengalaman.
    Maret 2017, saya dihubungi oleh seorang kakak angkatan 2012. Beliau ini bisa dibilang teman senasib sewaktu membangun kembali organisasi yang sempat redam di kampus kami. Meski beda latar belakang ilmu karena beliau dari jurusan Antropologi Sosial, tentu saja tidak membuat kami harus berpencar dan nyatanya kami punya visi misi yang sama. Sama-sama mencintai dunia pendidikan. Kami sudah hampir 2 tahun tidak bertemu dan bersapa, Alhamdulillah di bulan itu beliau tiba-tiba menawarkan sebuah pekerjaan.
    Ya, saya diberi tawaran untuk mengajar Aritmatika Sempoa untuk adik-adik Rumah Pintar dari sebuah NGO asal Korea, tepatnya lembaga dimana beliau bekerja. Untuk di Medan sendiri, lembaga kursus Sempoa memang sudah banyak, namun biaya belajarnya masih terlalu tinggi. Alhamdulillah, dulu saya sempat belajar di lembaga kursus Sempoa itu sewaktu SD. Maka dari itu, beliau langsung kepikiran untuk menawarkan itu ke saya dan sifat bekerjanya adalah relawan. Perjalanan dari kota Medan menuju lokasi mengajar juga lumayan jauh karena harus memakan waktu sekitar 2 jam dengan naik motor. Saya tidak segan-segan mengiyakan ajakan beliau dan jadilah saya mengajar 2 kali seminggu sampai bulan Mei 2017 (karena memang di kontrak selama 3 bulan saja).
Momen saya dengan dua murid yang selalu girang hihi terima kasih, adik-adik.
     April 2017, atas izin-Nya saya diberikan sebuah bonus yaitu sebagai satu dari 10 orang perempuan Sumatera Utara yang berhak menerima penghargaan dalam rangka Hari Kartini. Sedikit infonya, bisa dibaca ‘disini’.
    Dan di akhir April 2017 itu juga Alhamdulillah paper saya dan 3 orang teman saya dari Persma PIJAR USU lolos seleksi menjadi finalis dalam rangka Journalist Days di Universitas Indonesia. Bisa dibilang, ini adalah ajang kompetisi paper tahunan bergengsi yang dikhususkan untuk Pers Mahasiswa di universitas se-Indonesia. Maka, Allah berangkatkan kami menuju Jakarta dan qadarallah tim USU berhasil mendapatkan posisi Top 4th setelah Universitas Brawijaya, Universitas Riau dan Universitas Gajah Mada. Sedangkan posisi kelima diperoleh tuan rumah, Universitas Indonesia. Perjalanan ini adalah perjalanan pertama saya bersama tim. Biasanya kalau lomba paper saya sendirian dan enggak menyangka tahun ini teman-teman menghangatkan perjalanan saya. Sangat senang, Allahu Akbar! Tetap bersahajalah kita, teman-teman.
Para finalis Journalist Days 2017

Tim dari Pers Mahasiswa PIJAR USU *maaf fotonya dipilih yang blur aja deh hihi
    Juni 2017, Alhamdulillah saya diberikan kesempatan untuk bisa berbagi kepada teman-teman sesama awak media di pers mahasiswa Garda Media USU. Menjadi pemateri dalam Pelatihan Wartawan (LAWAN) dengan tema “Dare to be a Professional Journalist” di BtBs Masjid Dakwah Medan. Ya, Persma Garda Media USU ini adalah pers kampus di bawah naungan Unit Kegiatan Mahasiswa Islam (UKMI) Ad-Dakwah USU. Hasil beritanya sudah ditulis oleh teman-teman Garda Media USU 'disini'.
    Juli dan September 2017, ini pengalaman pertama saya bisa dibilang. Ya, seorang dosen menawarkan saya untuk menjadi enumerator survei oleh Polmark Research Center dan disini saya kembali bertemu dengan macam-macam karakter masyarakat dari berbagai kalangan usia. Luar biasa, Allah kasih saya skenario yang begitu baik. Disini saya banyak belajar mendewasakan diri dan tentunya keluar dari zona nyaman karena survei sendiri dilaksanakan di luar kota Medan.
    Oktober 2017, saya juga melanjutkan penelitian dari sebuah lembaga penelitian yang bisa dikatakan sudah punya nama di tingkat nasional. Alhamdulillah, perjalanan dari satu kota ke kota lainnya membuat saya benar-benar..... lupa skripsi !! hahahaha.. Skripsi saya yang baru saja masuk bab-bab awal, mau tak mau dikesampingkan dulu demi lancarnya penelitian saya. Mudah-mudahan dosen pembimbing saya tetap sabar menghadapi satu mahasiswi bimbingannya ini yang masih haus akan ilmu. Janji, habis ini saya bakal fokus skripsian hihihi.
    Bulan Oktober ini pun adalah bulan teraneh bagi saya hehehe (saya mau ketawa dulu nih). Pasalnya, di bulan ini Allah seperti mengetuk hati saya tentang beberapa hal penting yang sering saya lewatkan. Jujur, ini adalah keputusan ekstrim pertama yang membuat beberapa teman dekat merasa kecewa, marah, kesal, bahkan sedih. Sungguh, saya minta maaf sedalam-dalamnya kepada kalian. Tak ada niat hati untuk melukai, tapi ini adalah bagian dari proses. Ya, saya memutuskan untuk uninstall Instagram. Sedikit celotehan mengenai alasannya, sudah saya posting bulan lalu ‘disini’. Yang saya butuhkan adalah support dan doa-doa kalian. Semoga Allah jadikan saya menjadi manusia amanah dan menjaga prinsip yang sudah saya pilih.
  Di bulan Oktober ini juga, qadarullah Allah rezekikan saya untuk menjadi bagian dari Focus Group Discussion (FGD) tentang "Mencari Model Rating Publik di Indonesia : Telaah Atas Rapotivi" bersama Centre for Innovation Policy and Governance (CIPG) dan Indonesia Melek Media. Kalau yang ini sebenarnya saya agak kaget karena merasa masih belum ada apa-apanya hehe, tapi ternyata saya belajar bahwa di momen ini karena diizinkan untuk belajar langsung dari orang-orang yang sudah berkompeten di bidangnya. Ulasan ceritanya, juga sudah saya posting ‘disini’.


    November 2017, setelah siap menghadapi segala macam konsekuensi yang harus saya terima akibat keputusan saya bulan lalu hahaha, saya pun lebih siap menghadapi tantangan-tantangan baru kedepannnya. Insya Allah, selalu ada jalan bagi yang sungguh-sungguh. Saya yakin dengan janji Allah untuk niat-niat baik umat-Nya. Mohon doanya juga ya, teman-teman.
    Bulan November yang masih berlangsung hingga saya menyelesaikan tulisan di postingan ini, telah memberikan saya space yang tak kalah menarik. Sampai membuat saya berdegup, takut kalap hehe. Tapi mudah-mudahan tidak ya. Alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya berkesempatan menjadi pemateri dalam Kegiatan Pelatihan Menulis tentang "Feature, Editorial, dan Press Release" untuk organisasi saya sendiri, yaitu Public Relations Komunikasi Universitas Sumatera Utara (PRASTA). Dan kembali diundang kedua kalinya sebagai pemateri dalam kegiatan Pelatihan Wartawan (LAWAN) dengan tema "Menulis Artikel" oleh Persma Garda Media USU.
 
    Lalu, dosen di kampus juga memberikan saya kepercayaan untuk mengerjakan beberapa hasil penelitian dan ikut serta dalam FGD Panel Ahli dalam rangka Survei Indeks Kualitas Penyiaran oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Ini merupakan kedua kalinya di tahun 2017 (sekaligus diskusi terakhir di tahun ini) dan Universitas Sumatera Utara dipilih menjadi salah satu dari 12 universitas yang bekerjasama dalam kegiatan ini dengan KPI.
 
    Daaaan... bonus tambahan dari Allah di bulan ini adalah saya diizinkan untuk mengisi Seminar Nasional bersama penulis yang bisa dibilang, “siapa sih yang enggak kenal beliau ? Apalagi para kids zaman now hehehe". Qadarullah Insya Allah saya akan mengisi disini, teman-teman.

 
    Bagi yang berkenan hadir dan masih di wilayah sekitar Medan, kita bisa sharing nanti selama seminar. Mudah-mudahan saya bisa maksimal semaksimal Uda Boy Chandra hihihi. Agak deg-degan soalnya disandingkan dengan penulis yang namanya sudah seantero begitu. Ah tapi gak apa-apa kan ya, mana tahu saya bisa kecipratan hal-hal baik dari beliau. Amin Ya Allahu Yusahhil.. Sampai ketemu yak disana! *lambai-lambaikan tangan hihihi...

Tertunda traveling Jawa.
    Sebenarnya, kalau ditanya mengapa ini saya masukkan ke bagian postingan ini karena niat saya di tahun 2017 ini inginnya keliling Jawa. Saya begitu tertarik ingin balik mengunjungi Bandung, naik kereta api menuju Yogyakarta, dan menikmati senja di Malang. Tapi, Allah punya cara lain untuk mewujudkan keinginan saya itu. Ya, beliau mungkin ingin saya fokus menyelesaikan urusan studi saya. Takutnya, saya malah terlena traveling dan kelamaan pulang. Alhasil, apa kabar skripsi saya ? Bisa-bisa terbengkalai begitu lama. Ini saja masih di Medan, saya masih nyentuh skripsinya secuil-cuil alias sambilan hihi.
    Lagi-lagi, saya tidak merasa patah semangat. Digantikan dengan begitu banyak pengalaman baru selama ini, tak patut rasanya jika saya masih juga ngotot atau sebal sama apa yang sudah Allah kasih. Keinginan saya untuk terus belajar dan sekolah semakin didukung dengan hal-hal baru ini. Kurang baik apalagi coba Allah sama kita ya ? hehehe tapi saya sendiri mah kadang masih suka ‘ngeyel’ melaksanakan perintah-Nya. Suka nunda-nunda sih tepatnya. Ini pelajaran, diketuk sayanya supaya sadar sebelum kebablasan terlalu jauh.
    Maka, sebenarnya pun saya selalu menekankan kepada diri sendiri dan teman-teman dekat di kampus, bahwa segimanapun keadaannya selama niat kita baik Lillahi ta’alaa, Insya Allah yang namanya rezeki enggak akan lari kemana. Begitupun, keinginan saya traveling keliling Jawa mudah-mudahan tetap bisa terwujud di tahun 2017 ini, entahpun bisa jadi Allah hadiahkan itu sebagai bonus perjalanan untuk penghujung akhir tahun. Ah, pasti tak kalah seru dengan rencana sebelumnya! Sabar, semua akan ada waktunya.


Menyempatkan menulis di tengah deadline paper dan skripsi yang berkeliaran.
Medan, 01.30 WIB.

Baca Artikel Yang Kamu Suka

2 komentar

  1. Kamu masih tetap menginspirasi d usia muda ya..
    Kirim salam buat abil sama iqbal yeee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amiiin.. doa yang baik-baik kembali untukmu juga, Fajar. Salamnya sudah disampaikan :)

      Hapus