When I Told You

Agustus 13, 2018

Hoaah! Di awal postingan ini, aku harus rela ngatain diri sendiri sebagai blogger yang inkonsisten ngeposting tulisan. But really sorry for hear that, karena jujur aja sejauh ini aku benaran sering dilanda hectic berkepanjangan (halah, macam apakali). First, pekerjaan tertunda sejak sebelum skripsian kemarin sampai sekarang, belum kelar-kelar tjooy. Kedua, ketika mau nuntaskan itu-itu semua yang tertunda, lah malah dipadatkan sama agenda yang luar biasa. Oke, aku nggak akan jelasin itu apa-apa aja karena menurutku itu privasi sih ya. Intinya, baik sebelum atau setelah lulus kuliah, kondisi waktu yang harus aku kelola tetap sama. Paling bedanya dikit aja. 

Kayak misalnya kalau dulu sejauh mana pun kaki melangkah, aku kudu wajib absen muka ke kampus. Let say misalnya itu cuma rapat mingguan organisasi doang yang sebenarnya bisa aja aku tinggalin dengan alasan logis, dan aku tetap harus datang. Tapi kayaknya ada cara lain ya untuk bilang kalau kita lelah sama semua rutinitas harian, tanpa harus bohong. Sejak awal masuk organisasi kan ditanya bolak-balik soal loyalitas, nah disinilah dituntut untuk prove it. Yha, walaupun aku tetap pernah beberapa kali (atau mungkin sering) izin enggak ikut rapat karena nemenin teman-teman dari luar kota yang mampir ke Medan dan aku harus nemenin mereka. Atau aku juga izin karena harus kerja (ehe, maaf selama kuliah aku memang sering nerima kerja proyekan, mayan buat nambah uang kuliah), dan lagi pernah juga nerima kerjaan yang ternyata harus netap di Jakarta hampir sebulan.

Nah, kalau sekarang bedanya aku nggak harus absen muka lagi ke kampus, nggak mesti ngurusin organisasi dan sepupu-sepupunya segala macem. Tapi sekarang lebih ngurusin hal-hal urgent yang prefer untuk diri sendiri dan lanjutin social project yang uda aku usung-usung lama banget. Weits, “untuk diri sendiri”. Bagi kebanyakan orang yang kenal lama sama aku, mungkin bisa bingung dengan tiga kata itu. Hm, yang aku pernah tahu dari mereka semua, aku dikenal sebagai orang yang social-oriented. Well yah, aku nggak menolak untuk dibilang demikian karena emang kenyatannya begitu. Ketika orang-orang kayak mereka dengar atau baca tiga kata di atas tadi, aku bisa disangka berubah haluan. Oh enggak, tenang aja.

Sejak kecil, aku memang diajarkan oleh orangtua untuk mendahulukan urusan sesama saudara atau orang lain ketimbang kepentingan pribadi. Tapi dulu nggak diajarkan secara gamblang juga, melainkan dari hal-hal yang biasa dilakukan oleh orangtua di depan mataku. Mungkin dari hal kecil itu, lama kelamaan jadi kebiasaan dan aku nyaman jadi orang yang social-oriented. Meskipun kata orang-orang, “hati hati kau, nanti dimanfaatin”. Hm, aku yakin ada harga yang akan dibayar bagi orang-orang yang senantiasa berbuat. Selama memang orientasinya tidak macam-macam, we must go on!

Iya, untuk sekarang aku memang fokus dan sering meluangkan waktu untuk diriku sendiri. Aku pikir, ini bukan soal berubah haluan, tapi ini soal prioritas. Maksud dari meluangkan waktu sendiri juga bukan stuck on my priority. Ya aku mikir dulu memang aku jor-joran kerja sampai kadang lupa ada hal penting yang aku kesampingkan. Let say itu soal kesehatan, perhatian buat keluarga terutama untuk Emak, dan cita-cita yang seringkali hanya jadi cita-cita karena aku masih jiwa muda yang pengen semuanya dikerjain. Tapi bukannya jadi baik, malah aku sering menomorduakan hal utama yang awalnya ingin aku selesaikan lebih dulu. Ah, ribetlah pokoknya.

“When I Told You” ini sebenarnya ditujukan untukku pribadi. Aku menulis dan berbicara untuk diri sendiri. Aku sadar diri banget kalau lingkungan teman-teman enggak bisa disamakan kayak waktu kuliah dulu yang kalau pas jam makan siang, ada teman yang ngingatin buat makan atau nyediakan lauk makan bareng. Enggak, ini waktunya uda berubah. Aku harus bisa jadi pengingat untuk diri sendiri. Jangan mau ketergantungan sama orang lain.

But, I said thank you untuk semua teman-teman yang uda baik hati sekali jagain aku yang keras kepala ini dari awal sampai sekarang. Gila, keras kepalaku suka buat pusing orang sekitar tjooy! Sampai pernah nih aku berantem sama teman perkara opiniku yang suka buat sakit kepala mereka dan aku susah buat ngalah. Itu seringnya karena aku suka nyosor marah-marah kalau misalkan ada yang nggak pas di mataku. Maksudnya nggak pas itu, kayak persoalan etika dan cara berpikir yang kadang aku menilai itu berat sebelah. Hm, tapi ya udahlah lupain aja soal itu. Terus-terusan jadi orang keras kepala begitu kayaknya enggak bakal nyelesaikan masalah, malah justru nambah musuh. Surely, aku nggak mau kehilangan teman-teman baik kayak mereka. Enggak bakal mau. I swear.

Apa gunanya aku nulis postingan kayak begini ? Enggak ada tujuan tertentu, tapi tujuan utamanya adalah self-reminder untuk diri sendiri. Kalau orang lain ada banyak cara membuat pengingat diri, aku juga punya cara untuk itu. Aku berniat membuat isi blog ini menjadi lebih santai dan terbuka. Just it, when I told you.

Baca Artikel Yang Kamu Suka

0 komentar