Welcome 'Twenty Five', I Am Fine!

Januari 15, 2022


5 Januari 2022, usiaku tepat 25 tahun. Entah mengapa, aku sudah mewanti-wanti hari itu bahkan satu bulan sebelum tiba. Padahal, aku bukan tipikal yang hobi mengingat hari ulang tahun -baik itu ulang tahun diri sendiri maupun orang lain. Alasannya sederhana, karena aku tidak begitu suka dengan perayaan, simbolisasi, dan hal sejenisnya.

Ya, sejak usia 20 tahun aku memang berjibaku pada diri sendiri dan memutuskan untuk tak lagi mengucapkan 'Selamat Ulang Tahun' kepada diri sendiri maupun orang lain. Kalau pun ada yang memberi ucapan, doa, dan hadiah untukku di waktu itu, ya sah-sah saja. Anggap itu sebagai pemberian yang patut disyukuri, sebab artinya keberadaan kita di sekitar masih diingat hehehe. Alhamdulillah.


Usia 25 tahun. Jika biasanya aku membuat deretan resolusi setiap memulai tahun yang baru, nampaknya kali ini aku tidak seambisi tahun-tahun sebelumnya. Tidak seperti orang-orang (mungkin) yang ketika usia bertambah, resolusi hidupnya pun lebih banyak. Resolusi hidupku justru makin sedikit. Paling banyak hanya 5 saja untuk tahun ini.

Pertama, menyelesaikan studi magister tepat waktu. Kedua, fokus menekuni passion sebagai pendidik. Ketiga, menabung lebih konsisten. Keempat, membuat blok terpisah antara pekerjaan dan keluarga. Kelima, menikah (?). Untuk resolusi nomor 5 sifatnya kondisional. Jika sudah bertemu orang yang tepat, yang sevisi misi serta saling mendukung untuk terus berkarya dan bermanfaat dalam aktualisasi diri.

Walaupun sebenarnya nggak ada tuntutan juga dari keluarga untuk harus menikah di usia 25 tahun kalau memang belum menemukan orang yang tepat. Yang tepat ya, bukan yang sempurna karena pastinya nggak ada manusia sempurna.

Keluarga selalu berpesan, jangan gara-gara umur, lalu buru-buru. Setiap orang fasenya nggak sama, kesiapan kita di mata Allah pun beda-beda. Dan sejatinya nggak ada tuh istilah 'nikah muda' atau 'nikah tua'. Lakukan apa yang sebaiknya dilakukan, beresin apa yang perlu diberesin biar nggak jadi penyesalan atau ungkitan buruk di kemudian hari. Toh, hidup nggak cuma soal mikirin nikah doang, tapi nikah juga perlu dipikirkan. Intinya, jangan gegabah dan libatkan Allah dalam setiap pilihan yang hadir sekali pun jika pilihan yang datang hanya satu.

Aku ingat, seorang murobbi zaman liqo di kuliah S1 dulu pernah menyampaikan 5 poin penting tentang jodoh menurut Al-Qur'an:

1. Memiliki sifat yang mirip (An-Nur: 26)
2. Diterima oleh keluarga (Asy-Syura: 11)
3. Memberi ketenangan (Ar-Rum: 21)
4. Mampu memahami (Al-Furqan: 74)
5. Memberikan rezeki yang baik (An-Nahl: 72)

Hehe, oke itu intermezzo tipis-tipis saja seputar resolusi kelima. Memang bahas soal jodoh itu nggak ada habisnya dan bukan kapasitasku juga membahasnya terlalu dalam. Biarlah itu menjadi rahasia yang akan terjawab di waktu yang tepat. Tapi lihat, tidak ada yang begitu membuncah dari kelima resolusi di atas, kan?

Pada dasarnya, aku sangat antusias menyambut usia 25 tahun yang menurut pendapat sebagian orang ialah usia seperempat abad yang penuh tantangan. Terjal, berbatu tajam, penuh luka, namun jika mampu melewatinya akan meningkatkan kedewasaan diri. Aku sendiri pun tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, ya setidaknya satu tahun ke depan.

Banyak orang memberi saran, "Rizka, bisakah kamu membuat planning atau resolusi lagi seperti dulu?". Aku tersenyum lalu berkata, "Ya bisa, tetapi hanya untuk pekerjaan atau hal yang sifatnya profesional". Sementara buat kehidupan sehari-hari, aku memilih untuk menjalaninya saja sesuai rencana Allah, akan lebih indah dan berwarna.

Bagiku, kehidupan akan lebih bermakna saat aku tidak mempunyai ekspektasi apa-apa. Kalau rezeki tentu saja Alhamdulillah, kalau enggak pun ya sudah tidak apa-apa. Itu dijadikan pengalaman berharga. Kuncinya bersyukur dan menaruh harapan hanya pada Allah. Aku nggak muluk.

Well, banyak yang mau disampaikan di tulisan kali ini. Tapi kayaknya dicukupkan sampai sini dulu ya. Mungkin kalau ada waktu, ceritanya bisa disambung Part 2. Semoga aku mampu ya melewati 25 tahun dengan baik, walaupun namanya hidup tetap saja ada yang 'asdfghjkl' hahaha. Sampai ketemu di cerita-cerita kontemplasi berikutnya.

Salam dariku,
Si Rizka yang memasuki usia 25 tahun (cieee met yaw).

Baca Artikel Yang Kamu Suka

1 komentar

  1. Hay, aku baru baca dua karya kakak. Simpel, tapi cukup membuatku termotivasi untuk menulis lagi. Semangat ya! aku harap bisa sekeren kakak (:

    BalasHapus