Balik Lagi Jadi Nokturnal ?

Oktober 03, 2019


Sebenarnya, istilah nokturnal lebih tepat diperuntukkan bagi hewan. Hewan giat malam atau hewan nokturnal adalah hewan yang tidur pada siang hari, dan aktif pada malam hari. Aktivitas yang merupakan kebalikan dari perilaku manusia (diurnal). Tapi aku masih belum tahu apa nama lain untuk menyebutkan perilaku manusia yang aktif pada malam hari, tapi tidak tidur di siang hari -sebab bekerja dari pagi hingga sore-. Sulit sekali cara berpikirku, ah sudahlah.

Semasa kuliah, aku termasuk orang yang aktif pada malam hari, terlalu aktif bahkan. Aku bisa tiba-tiba menggambar, melukis di kanvas, bermain tinta, atau juga menulis di tengah kesunyian saat orang-orang tertidur pulas. Ya, seperti yang kulakukan saat ini. Menulis di saat orang merebahkan tubuh di kasur untuk melepas penat seharian beraktivitas.

Ada yang mengatakan bahwa seseorang dengan jam tidur lebih sedikit, memiliki pola pikir lebih tajam, atau kata lainnya orang itu cenderung cerdas. Tapi, kalau berkaca dari pernyataan itu dan melihat kepada kebiasaanku yang punya jam tidur lebih sedikit setiap hari, rasanya aku masih jauh dari kata 'cerdas'.

Sedari duduk di bangku SMP, aku mulai terbiasa tidur di atas jam 12 malam. Alasannya, karena belajar. Dan lagi, dulu itu tugas-tugas sekolah seabrek. Aku bahkan heran melihat masa sekolah di zamanku dengan di zaman sekarang yang notabene para siswanya lebih doyan main ketimbang belajar. Sempat berpikir, "kok sekarang anak-anak sekolah uda mulai menurun minat belajarnya?".

Tapi lagi-lagi, aku tidak bisa menyamakan semuanya seperti pikiranku itu. Bisa jadi, ada banyak anak-anak sekolah di luar sana yang belajar mati-matian dan merelakan waktu bermainnya demi sekadar membuka buku, barang satu atau dua halaman per hari. Aku termasuk yang demikian, sedari dulu tidak pernah punya jam bermain spesifik. Almarhum Bapakku bilang, "bermain itu bisa kapan saja, sampai tutup usia juga bisa bermain, tapi apa manfaatnya? nggak ada. Jadi mending belajar saja, itu bisa mengantarkan kita dengan hal-hal tidak terduga lainnya, dan bisa jadi amal jariyah kalau sudah tiada."

Aku mengamini kata-kata Bapak sampai sekarang. Karena itu jugalah, aku masih sering kurang tidur. Padahal saat ini aku sudah bekerja dengan jam kerja teratur. Masuk kerja jam sembilan pagi dan pulang jam lima sore. Energi terkuras selama delapan jam bekerja dan malamnya ditambah dengan kegiatan amburadul versiku sendiri. Entah apa namanya itu, hobi atau memang kurang kerjaan, sepertinya beda tipis.

Seperti malam ini pula, aku menulis 'apa namanya ini' hanya untuk sekadar menghibur diri. Padahal pekerjaanku pun setiap harinya menulis. Selalu menulis. Memangnya kerja menulis selama delapan jam di kantor itu kurang banyak? Wah, bukan kurang banyak sih, tapi lebih tepatnya cukup banyak hehe. Tapi semuanya harus disyukuri, toh sadar atau tidak, kita ini hidup memang lebih banyak mengeluh ketimbang bersyukur.

Belakangan ini pun aku kurang tidur dan tentu berpengaruh pada fokus pekerjaan di kantor. Sempat merasa mengantuk ketika memasuki 'waktu kritis' selesai makan siang dan salat Dzuhur. Enaknya tidur, tapi enggak bisa karena kudu kerja! Pokoknya kerja terus sampai kandas, semuanya dilakukan demi kerja, hidup kerja! (sindiran).

Di awal-awal bekerja, aku termasuk hidup teratur. Selesai salat Isya, pasti langsung tidur dan bangun Subuh keesokan harinya (tapi kadang bangunnya bisa lebih cepat). Anjuran tidur delapan jam sehari untuk orang dewasa pun mulai aku terapkan. Tapi nampaknya akhir-akhir ini ada saja pekerjaan tambahan di malam hari yang membuatku terpaksa mengurungkan niat untuk tidur awal. Entah sampai kapan kebiasaan buruk ini bisa diredam, tapi semoga saja ada jalan keluarnya. Ya, setidaknya hidup bisa lebih tenang, teratur, dan sehat.

Baca Artikel Yang Kamu Suka

0 komentar